Ada tujuh aturan utama dalam hidup:
Pertama, berdamailah dengan masa lalu. Mungkin kita pernah kecewa dengan berbagai peristiwa di masa lalu yang menyesakkan dada, namun hanya dengan berdamai pada masa lalu, kita bisa menatap masa depan. Memaafkan yang sudah berlalu, mensyukuri yang kita jalani hari ini, dan berdoa penuh harap untuk masa depan yang lebih baik.
Kedua, hidup kita akan merana kalau kita terlalu fokus pada komentar orang. Selalu ada cacat, cela atau kesalahan kita di mata orang lain. Kita tidak sempurna. Tapi mereka yang komen macam-macam itu juga tidak sempurna kan? Kita tidak bisa mengontrol apa komentar orang lain, yang bisa kita kontrol adalah respons kita terhadap komentar mereka. Mari kita jaga kontrol diri dan tetaplah fokus pada tujuan hidup kita: li i’lai kalimatillah.
Ketiga, banyak persoalan yang hanya bisa selesai seiring dengan berjalannya waktu. Rasulullah diberi wahyu dan butuh 23 tahun untuk berdakwah, itu pun diselingi hijrah. Kita gak punya wahyu, dan kita tidak berani hijrah, terus mau menyelesaikan semua persoalan dalam semalam? Waktu jua yang akan menyembuhkan luka. Percayalah.
Keempat, hidup ini adalah pilihan. Kita mau bahagia atau tidak, kita lah yang akan menentukannya. Kalau kita tidak bisa menyelesaikan masalah, maka ubahlah cara pandang kita terhadap masalah itu. Tidak usah dilawan, tapi dijalani dan mengalir saja … di situ kita akan temukan kebahagiaan. Bahagia bukan tanpa masalah, tapi bahagia bersama masalah.
Kelima, penyakit yang paling parah adalah kalau kita sudah iri hati dengan hidup orang lain. Dan itu dimulai dengan membandingkan rumput kita dengan rumput orang lain yang seolah lebih hijau. Iblis dilaknat karena sebab membandingkan dirinya dengan Nabi Adam. Berhentilah membanding-bandingkan. Setelah membuat perbandingan biasanya kita akan men-judge hidup orang lain. Semua orang punya medan pertarungannya masing-masing.
Everyone has their own struggle that you know nothing about. Respect. Always. Berhenti membandingkan hidup Anda dengan yang lain, dan berhentilah menghakimi hidup orang lain. Fokus saja pada hidup Anda yang sebenarnya sangat indah itu.
Keenam, berhentilah berpikir terlalu banyak. Satu-satu saja yang dihadapi, jangan semuanya mau diselesaikan dan dipikirkan jawabannya saat ini. Terlalu banyak berpikir, hati kita akan tumpul untuk ikut terlibat dalam menemukan solusi. Dalam hidup ini tidak mengapa kalau kita tidak tahu semua jawaban. Pada saatnya kelak akan terurai semuanya. Kontrol pikiran kita. Buat skala prioritas. Dan jangan khawatir, teruslah berjalan meski hanya dalam angan.
Ketujuh, tersenyumlah. Mulailah hari-hari dengan optimis. Kalau hidup memberi Anda dua-tiga masalah, Anda masih bisa menemukan seribu macam alasan untuk tetap tersenyum.
Lihatlah cerahnya mentari, lihatlah senyum anak-anak kita, lihatlah kita yang masih bisa bernapas, dan seterusnya. Ketika agama mengajarkan bahwa tersenyum itu termasuk ibadah, ini karena banyak orang yang sudah sulit tersenyum, entah karena merasa dunia sudah rusak atau karena merasa dirinya yang rusak. Perbaiki kerusakan dunia dan kerusakan hati kita dengan tersenyum, saat ini juga.
Maaf yah, ini gak ada ayat dan hadisnya: bukankah hidup tidak cuma soal dalil? Maaf lagi, ini juga gak ada daftar referensinya: bukankah hidup tidak bisa diukur oleh daftar pustaka?
Tabik,
Nadirsyah Hosen